Menurut saya, lawakan itu akan terasa lucu apabila diungkapkan di zaman yang tepat. Jika lawakan tersebut disampaikan di zaman yang berbeda, pasti akan terasa aneh dan garing. Hipotesis ini saya dapat setelah menonton kembali lawakan yang sama yang sempat membuat saya tertawa lepas. Mungkin kalian juga pernah mengalami ini.
Saat itu, saya sedang menonton video stand up comedy di Youtube. Lawakan nya lucu. Tapi setelah 3 tahun kemudian, entah kenapa menjadi tidak lucu. Ada lagi satu lawakan saat saya SMP, bahkan berkat lawakan itu, saya menjadi populer (badutnya), malah terasa cringe dan gak banget di zaman sekarang. Berkat dua hal tadi saya pun berasumsi, bahwa memang lawakan harus disesuaikan dengan zamannya.
Berarti, suatu lawakan itu termasuk 'barang' yang cepat basi dong? Sebenarnya tidak juga. Contohnya Mr. Bean dan Warkop DKI, yang—saya yakin mayoritas dari kalian juga setuju— entah kenapa masih terasa lucu setelah berpuluh puluh tahun sejak diudarakan pertama kali. Mungkin memang ada formula khusus soal itu, yang kita orang awam hanya bisa menikmatinya.
Tidak ada kesimpulan dalam tulisan ini. Sebaliknya, asumsi yang saya paparkan di awal malah dipatahkan oleh saya sendiri di akhir. Yah, anggap saja Mr. Bean dan Warkop DKI memang anomali dari lawakan itu sendiri.
Komentar
Posting Komentar