Ketika saya menjelajahi Twitter kemarin, ada satu pertanyaan unik yang muncul dari salah seorang netizen. Pertanyaannya begini, “kenapa, ya, akting aktor atau aktris Jepang di film Jepang itu lebay banget?” Sejenak setelah membacanya, saya jadi kepikiran, “benar juga, ya.” Para penggemar film atau dorama dari Jepang tentu sudah tidak asing dengan gaya akting yang dimiliki aktor dan aktris Jepang. Ekspresi yang lebay dan terkadang cringe memang menjadi ciri khasnya. Apalagi jika film tersebut merupakan adaptasi dari komik atau anime. Bagi yang menonton pertama kali, pasti dibuat kebingungan dan merasa akting mereka jelek. Tapi, kenapa, ya, mereka bisa begitu?
Kalau untuk jawaban praktis, bisa saja kita menjawab, “memang dari sananya begitu” tapi itu tentu tidak memuaskan. Namun, bukan berarti itu jawaban yang salah, karena memang dari sananya ya begitu HAHAHA. Oke, serius. Menurut saya, ini berkaitan dengan kebijakan sakoku yang dipakai di Zaman Edo. Loh, kok bisa? Jadi gini ceritanya.
Dahulu kala ketika Majapahit masih menguasai Nusantara, Jepang menerapkan kebijakan sakoku atau negara tertutup. Mereka menutup pintu masuk Jepang dari negara asing agar tidak terpengaruh budaya luar. Agak hipokrit memang, mengingat huruf kanji dan beberapa budaya lainnya mereka ambil dari Tiongkok alias budaya luar juga. Nah, selama berabad-abad, mereka membangun kebudayaan mereka sendiri, dengan gaya mereka sendiri, bahkan hingga membentuk karakter mereka sendiri. Kebijakan sakoku kemudian dihapuskan saat Komodor Perry datang ke Jepang untuk membuka hubungan perdagangan dengan Amerika lalu Tom Cruise menjadi samurai terakhir (wait WHAT). Kesimpulannya, menurut cocoklogi saya, karena karakter mereka yang tidak terpengaruh asing dalam waktu yang lama, menghasilkan watak yang unik, gaya baru, menjadikan karakter mereka terkesan lebay dan cringe. Baiklah, memang agak sedikit maksa, tapi saya harap kamu paham apa yang saya maksud.
Sebenarnya, karakter unik (atau mungkin aneh) dan lebay ini tidak hanya dijumpai di fim dan dorama saja. Gameshow dan acara komedi di Jepang juga terkesan aneh dan cringe, yang dibandingkan tertawa, saya lebih sering terheran. “Kok bisa, ya, mereka kayak gitu?”, begitu pikir saya. Salah satu contohnya adalah memukul kepala menggunakan stereofoam. Saya kira kalian pasti pernah melihat adegan yang seperti ini di Indonesia. Lawakan ini menjadi andalan bagi OVJ saat masih booming-nya. Kemudian, perlahan-lahan lawakan ini mulai hilang, seiring dengan kecaman dari beberapa orang yang menganggap ini tidak sopan dan tidak lucu. Anehnya, lawakan ini justru malah laris di Jepang, bagi kalangan tua maupun kalangan muda. Memukul kepala dengan stereofoam, melempar tepung ke muka, menyiram bintang tamu, dan hal-hal lain yang dianggap tidak sopan, tidak lucu, dan tidak cerdas di Indonesia menjadi sebaliknya di Jepang.
Ada lagi yang membuat saya merasa aneh, yaitu salah satu acara prank dengan jebakan konyolnya. Mereka membuat bintang tamu masuk ke dalam lift palsu, yang secara tiba-tiba lantainya terbuka dan membuat mereka jatuh ke bawah, ke arah perosotan yang dialiri air. Selain itu hal yang aneh dan tidak lucu (setidaknya menurut saya), hal itu tentu membahayakan bintang tamu dengan risiko cidera patah kaki. Bayangkan saja, kamu jatuh dari ketinggian secara mendadak tanpa kuda-kuda. Sepertinya fix, karakter unik, nyeleneh, dan cringenya orang Jepang memang sudah dari sananya.
Kalau untuk jawaban praktis, bisa saja kita menjawab, “memang dari sananya begitu” tapi itu tentu tidak memuaskan. Namun, bukan berarti itu jawaban yang salah, karena memang dari sananya ya begitu HAHAHA. Oke, serius. Menurut saya, ini berkaitan dengan kebijakan sakoku yang dipakai di Zaman Edo. Loh, kok bisa? Jadi gini ceritanya.
Dahulu kala ketika Majapahit masih menguasai Nusantara, Jepang menerapkan kebijakan sakoku atau negara tertutup. Mereka menutup pintu masuk Jepang dari negara asing agar tidak terpengaruh budaya luar. Agak hipokrit memang, mengingat huruf kanji dan beberapa budaya lainnya mereka ambil dari Tiongkok alias budaya luar juga. Nah, selama berabad-abad, mereka membangun kebudayaan mereka sendiri, dengan gaya mereka sendiri, bahkan hingga membentuk karakter mereka sendiri. Kebijakan sakoku kemudian dihapuskan saat Komodor Perry datang ke Jepang untuk membuka hubungan perdagangan dengan Amerika lalu Tom Cruise menjadi samurai terakhir (wait WHAT). Kesimpulannya, menurut cocoklogi saya, karena karakter mereka yang tidak terpengaruh asing dalam waktu yang lama, menghasilkan watak yang unik, gaya baru, menjadikan karakter mereka terkesan lebay dan cringe. Baiklah, memang agak sedikit maksa, tapi saya harap kamu paham apa yang saya maksud.
Sebenarnya, karakter unik (atau mungkin aneh) dan lebay ini tidak hanya dijumpai di fim dan dorama saja. Gameshow dan acara komedi di Jepang juga terkesan aneh dan cringe, yang dibandingkan tertawa, saya lebih sering terheran. “Kok bisa, ya, mereka kayak gitu?”, begitu pikir saya. Salah satu contohnya adalah memukul kepala menggunakan stereofoam. Saya kira kalian pasti pernah melihat adegan yang seperti ini di Indonesia. Lawakan ini menjadi andalan bagi OVJ saat masih booming-nya. Kemudian, perlahan-lahan lawakan ini mulai hilang, seiring dengan kecaman dari beberapa orang yang menganggap ini tidak sopan dan tidak lucu. Anehnya, lawakan ini justru malah laris di Jepang, bagi kalangan tua maupun kalangan muda. Memukul kepala dengan stereofoam, melempar tepung ke muka, menyiram bintang tamu, dan hal-hal lain yang dianggap tidak sopan, tidak lucu, dan tidak cerdas di Indonesia menjadi sebaliknya di Jepang.
Ada lagi yang membuat saya merasa aneh, yaitu salah satu acara prank dengan jebakan konyolnya. Mereka membuat bintang tamu masuk ke dalam lift palsu, yang secara tiba-tiba lantainya terbuka dan membuat mereka jatuh ke bawah, ke arah perosotan yang dialiri air. Selain itu hal yang aneh dan tidak lucu (setidaknya menurut saya), hal itu tentu membahayakan bintang tamu dengan risiko cidera patah kaki. Bayangkan saja, kamu jatuh dari ketinggian secara mendadak tanpa kuda-kuda. Sepertinya fix, karakter unik, nyeleneh, dan cringenya orang Jepang memang sudah dari sananya.
Komentar
Posting Komentar