Kalau misalnya ada orang yang bilang, "jangan ngomongin covid lagi, dong," atau "kenapa yang mati terus yang diberitakan? Yang sembuh kan banyak juga," maka gue paham apa yang mereka rasakan dan ga akan nge-judge mereka. Kenapa? Karena gue juga pernah mengalaminya. Ga soal covid, sih, tapi soal yang lain. Pengalaman gue ini yang kemudian membuat gue berkesimpulan, bahwa berita negatif yang terus menerus dikonsumsi akan berdampak ke mental seseorang.
Jadi, gue termasuk orang yang ga takut naik pesawat. Bahkan saat pertama kali gue terbang pun, gue menganggap itu sebagai wahana. Ketika turbulensi, goncangan saat landing, itu semua gue nikmati tanpa takut. Tapi keberanian gue mulai sirna saat pesawat Sriwijaya Air jatuh di awal tahun ini.
Berita soal jatuhnya pesawat muncul di mana-mana, internet atau tv. Menjadi berita nasional. Sebenarnya ga salah sih, namanya juga musibah, dan jarang terjadi. Tapi kecelakaan ini jadi trending topic berhari-hari, bahkan di media sosial. Foto pesawat dan korban dijadikan konten. Chat terakhir dengan korban, foto korban sebelum kecelakaan, status terakhir mereka, obrolan di podcast. Dari TikTok hingga Twitter.
Gue yang dari awal ga punya ketakutan untuk terbang, senang, dan hobi, menjadi kena mental. Gue menjadi takut untuk terbang. Dicekokin bejibun informasi negatif begitu, membuat gue kepikiran terus. Suasana turbulensi, suara di kabin pesawat, guncangan hebat. Padahal, gue punya jadwal untuk terbang di akhir Januari.
Hasilnya bisa ditebak sendiri. Selama penerbangan gue ga henti-henti nya mengucap asma Allah. Berzikir. Ketika ketakutan gue udah ga bisa dibendung lagi, gue paksakan untuk tidur. Dalam pikiran gue saat itu, kalaupun misalnya ajal gue di sini, setidaknya ga bakal kerasa soalnya gue tidur.
Perjalanan gue saat itu berakhir dengan aman dan lancar. Sesuai statistik, perjalanan paling aman adalah perjalanan udara. Mungkin memang ketakutan yang gue alami hanyalah sugesti dan dampak dari informasi negatif yang diterima terus-menerus. Sisi positifnya, gue jadi lebih alim ketika di udara.
Komentar
Posting Komentar